Ilustrasi from Google
Kisah berikut ini juga merupakan contoh betapa rendah hatinya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Jabir bin Abdullah berkata, 
“Di Madinah ada seorang Yahudi, ia memberikan pinjaman kepada saya dengan jaminan buah kurma yang masih menunggu saat petiknya tiba”.
Namun pada tahun itu kurma terlambat berbuah, maka ketika orang Yahudi itu datang kepadaku pada musim petik, aku tak punya apa-apa untuk membayar. Aku minta dia menunggu, tapi dia tidak mau. Maka hal itu saya adukan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. 
Beliau bersabda kepada para sahabat, “Berangkat lah kalian. Kita tidak akan meminta tangguh kepada orang Yahudi itu untuk Jabir. Para sahabat datang menemui saya di kebun kurma, mulailah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berbicara pada Yahudi itu. Maka si Yahudi berkata kepada beliau, “Abul qosim, (salah satu julukan Rasulullah) Aku tidak mau menangguhkan dia.”
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bangkit dan berjalan-jalan sebentar mengitari kebun. Kemudian beliau datang lagi kepada Yahudi itu dan mengajaknya berbicara. Namun yahudi itu tetap tidak mau.
Jabir melanjutkan. …..
Saya bangkit membawa sedikit kurma yang belum masak, lalu saya letakkan di hadapan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Beliau makan kemudian berkata, 
“Dimana tempatku berteduh,  Hai Jabir?”
Beliau saya beritahu maka sabdanya, “Berilah saya tikar di tempat itu.”  
Saya  gelarkan sehelai tikar. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pun masuk,  lalu tidur. Kemudian beliau bangun. Untuk selanjutnya diserahkan kepada beliau segenggam kurma yang lain, lalu dimakannya. Kemudian beliau bangkit. 
Diajaknya Yahudi itu berbicara lagi. Kali ini pun tetap menolak permintaan beliau. Maka beliau berkata kepadaku:  “Hai Jabir, tebanglah kurmamu dan lunasi hutangmu.”
Jabir melaksanakannya dan Allah kemudian memberi berkah kepadanya. Ia dapat melunasi hutang dan masih memiliki kelebihan pula. 
Demikianlah betapa mudahnya dan ramahnya sikap Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam dalam mendamaikan Yahudi itu dengan Jabir. Beliau makan dan tidur juga dengan penuh kesopanan. 
Maka tatkala dirasa bahwa beliau tidak bisa menurunkan ketegangan orang Yahudi itu. Beliau pun hanya menyuruh sahabatnya melunasi kewajibannya saja.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengajarkan agar orang muslim bermartabat agung. Layaknya sebuah telaga di kaki gunung pada musim kemarau ia tidak kering, pada musim hujan tidak banjir. 
Ia tetap tenang dalam semua musim, hujan maupun panas atau seperti laut yang bisa menerima dan menampung apa saja namun pada suatu saat ia juga bisa menghancurkan apa saja. (GWA/ Zoom)

Written by puijabar

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *