EMBUN PAGI (Oleh: Eka Hardiana)

Ayat Alquran yang membuat orang beriman gemetar dan takut di antaranya adalah ayat ini : 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَ طِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَلَا تُبْطِلُوْۤا اَعْمَا لَـكُمْ 

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, dan janganlah kamu merusakkan segala amalmu.”
(QS. Muhammad [47]: Ayat 33)

Ibnu ‘Umar radhiyallahu anhu pernah berkata: “Kami sekelompok shahabat Rasulullaah mengira bahwa tidak ada sedikitpun kebaikan, kecuali PASTI DITERIMA (ALLAH). Hingga turunlah ayat (diatas).” 
(Diriwayatkan Ibnul Mubaarak; dikutip dari Tafsir IBnu Katsiir)

Sesungguhnya kebaikan, dapat menghapuskan keburukan; dan sesungguhnya keburukan dapat menghapuskan kebaikan.

Yang dimaksud dengan “merusak amal” adalah: 

  1. Janganlah engkau merusak amal ketaatan dengan melakukan dosa-dosa besar.
  2. Janganlah engkau merusak amalmu dengan bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.
  3. Janganlah engkau merusak amalmu dengan RIYAA’, UJUB, SUM’AH, KERAGU-RAGUAN, GHIBAH, dan NIFAQ.


Diantara pelajaran penting ayat diatas, yang dapat kita petik adalah sikap para sahabat : “Janganlah kita merasa bahwa Allah telah menerima amalan kita (sedangkan kita tidak tahu secara pasti hal tersebut) yang akibat anggapan tersebut (merasa amalan kita sudah banyak, dan kita menjadi takabbur dan ujub karenanya), menjadikan kita bermudah-mudahan terhadap dosa, sekecil apapun itu.

Sahabat Umar radhiyallahu ‘anhu menanyakan kepada para shahabat tentang tafsir ayat diatas. Ibnu Abbas menjawabnya:

“Yakni perumpamaan orang yang RAJIN beramal dengan ketaatan kepada Allah, lalu Allah mengirimkan setan kepadanya (kemudian ia mengikuti jejak langkah syaithan tersebut), lalu dia banyak bermaksiat sehingga amal-amalnya terhapus” 
(Fathul Baari (VII/49); al-Bukhari (4538)

Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا

“Aku benar-benar mengetahui diantara umatku pada hari Kiamat nanti, ada yang datang dengan membawa kebaikan sebesar gunung di Tihamah yang putih, lalu Allah Azza wa Jalla menjadikannya seperti kapas berterbangan (menjadikannya sia-sia.).”

قَالَ ثَوْبَانُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لَا نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَا نَعْلَمُ قَال

Tsauban bertanya, “Ya Rasulullah, jelaskan kepada kami siapa mereka itu agar kami tidak seperti mereka sementara kami tidak mengetahui!” Beliau bersabda,

أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا

“Sesungguhnya mereka adalah saudara-saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka shalat malam sebagaimana kalian mengerjakannya, tetapi mereka adalah kaum yang jika kembali kepada apa yang di haramkan Allah (berbuat dosa), maka mereka terus mengerjakannya.”
(HR. Ibnu Majah, disahihkan oleh Syaikh Al-Bani dalam Silsilatul Ahaadits Shahihah No. 505).

Kita berlindung kepada Allah dari ketertipuan terhadap amalan-amalan kita; sehingga menjadikan kita takabbur, sehingga menjadikan kita menganggap mudah untuk melakukan dosa.

Tanda baiknya amalan kita adalah amalan yang mengiringinya. Jika kita mengamalkan amalan buruk, maka itulah buah dari amalan sebelumnya (meskipun amalan sebelumnya terlihat “baik”).

Oleh karenanya jika ternyata kita dapati dalam diri kita sibuk dengan amalan ketaatan, tapi sering jatuh kepada maksiat; maka mungkin “amalan ketaatan” yang kita lakukan tersebut hanyalah secara zhahirnya saja yang saleh; tapi secara batin, penuh dengan kedustaan (riyaa’/sum’ah). Na’udzubillah.

Maka kita memohon kepada Allah, agar dimudahkan serta diberikan kekuatan untuk beramal saleh secara TERANG-TERANGAN maupun secara SENDIRIAN; baik secara LAHIR maupun BATHIN.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam bersabda:

وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِخَوَاتِيمِهَا

Sungguh amalan itu tergantung dengan penutupannya.” 
(HR. Bukhari)

Beliau juga bersabda:

لَا عَلَيْكُمْ أَنْ لَا تَعْجَبُوا بِأَحَدٍ حَتَّى تَنْظُرُوا بِمَ يُخْتَمُ لَهُ

“Janganlah kalian merasa kagum dengan (amalan) seseorang hingga kalian dapat melihat akhir dari amalnya.

Said bin Jabir berkata :
“Sesungguhnya seorang hamba melakukan perbuatan kebaikan lalu perbuatan baiknya itu menyebabkan ia masuk neraka, dan sesungguhnya seorang hamba melakukan perbuatan buruk lalu perbuatan buruknya itu menyebabkan dia masuk syurga. Hal itu kerana perbuatan baiknya itu menjadikan, dia bangga pada dirinya sendiri (takabbur, kemudian ujub), sehingga dengan sebab takabbur dan ujubnya tersebut; maka Allah mewafatkannya diatas keburukan tersebut. Sementara seseorang yang melakukan perbuatan buruk (senantiasa hatinya mengingkari dan merasa bersalah atas perbuatannya tersebut), hingga menjadikan ia senantiasa memohon ampun serta bertaubat kepada Allah kerana perbuatan buruknya itu (dengan sebab rasa takutnya tersebut, maka Allah memberinya petunjuk, dan mewafatkannya diatas taubatnya tersebut).”

و اللّٰه اعلم بالصواب 

Pamoyanan, 18 Rajab 1441 H/13 Maret 2020 M (Zoom)

Written by puijabar

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *